Apa jadi sebuah bangsa atau juga individu tanpa reka jejak saksi sejarah. Buta pastinya. Bingung melihat kondisi bangsa yang sudah maju misalnya. Kemudian pertanyaan yang timbul, "Kenapa bangsa ini bisa maju?" tanya seorang anak kepada ayahnya di suatu negeri antah berantah. Ayah menjawab : "Tidak tahu nak, dari ayah kecil sudah begini dan tak ada seorang pun yang tahu kenapa kita seperti ini."
Secara logika yang buruk artinya bahwa bangsa tersebut secara turun temurun hanya melakukan tradisi yang rutin yang dilakukan para pendahulunya tanpa mau bertanya, atau kemungkinan lain tidak mau tahu karena merasa sudah berada pada titik pencapaian sistem ideologi bangsa maju pada umumnya, yaitu sejahtera. Ibarat orang makan dan kenyang pasti akan lebih banyak diam dan kemudian tidur.Tak ada pertanyaan.
Tapi sangatlah mustahil dan sangat aneh rasanya ada manusia bahkan sebuah bangsa besar tidak mempertanyakan latar belakang sejarah bangsanya. Tidak ada kaum intelektual yang meneliti sebab bangsanya bisa maju. Kaum muda yang pasif tanpa adrenalin. Diam bagai boneka menikmati kenyamanan yang dibuat pemimpinnya. Ditambah lagi manusia sebagai mahluk paling sempurna dilengkapi dengan nalar, kemampuan analisa, rasa ingin tahu yang bisa dikatakan sangat manusiawi tidak ada keinginan untuk berontak atas apa yang baik dan buruk. Janggal memang.
Sama halnya bila hidup tanpa pembimbing, siapapun itu. Walaupun sebenarnya pada kasus tertentu masalah "ada" dan "tidak ada" lebih kepada pilihan seseorang. Sehingga dampak "tidak ada"-nya seorang pembimbing bagi seorang manusia adalah pada perilaku, pola pikir, cara berinteraksi atau bersosialisasi, dan yang paling penting yaitu refleksi diri seseorang manusia akan gendernya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar